Titik Terendah
Sebenernya antara maju mundur maju mundur (syantiekk) mau share soal ini di blog. Tapi ya sudahlah diceritain aja, siapa tau ada yang baca dan mengalami hal sama, you are not alone man! Beberapa bulan yang lalu saya dan suami merasa kami berada di titik terendah dalam hidup berumah tangga. Financially and Mentally. Ini bukan yang pertama kali, waktu hamil Diandra kami juga pernah ngerasain titik terendah karena suami salah mengambil keputusan di karirnya. Lebih tepatnya sih doi resign dari kantor (yang sejujurnya secara salary lumayan banget) dengan alasan gondok sama atasannya yang rasis, dan kepedean bisa cepet dapet kerja lagi. Kenyataannya waktu itu suami sampe nganggur 2 bulan. Dalam keadaan lagi hamil, mau ga mau saya jadi tulang punggung keuangan keluarga. Berat? pastinya...apalagi waktu itu kita baru ngambil cicilan mobil dan belum kenal sama yang namanya kerja online freelance. Saban hari setiap sholat saya nangis mulu berdoa sama Allah, koq ya hidup bisa gini amat yaa?